Jumat, 28 Januari 2011

Diare

DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.


PATOFISIOLOGI
Mekanisme diare meliputi:
1.   Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi bila bahan-bahan tertentu yang tidak dapat diserap ke dalam darah dan tertinggal di usus. Bahan tersebut menyebabkan peningkatan kandungan air dalam tinja, sehingga terjadi diare.
2.   Diare sekretorik
Diare sekretorik terjadi jika usus kecil dan usus besar mengeluarkan garam (terutama natrium klorida) dan air ke dalam tinja. Hal ini juga bisa disebabkan oleh toksin tertentu seperti pada kolera dan diare infeksius lainnya, Asam lemak dan empedu-dihydroxy bile acid dan asam–asam lemak rantai panjang menimbulkan pengurangan absorpsi cairan Sindroma malabsorpsi.
3.   Diare eksudatif
Diare eksudatif terjadi jika lapisan usus besar mengalami peradangan atau membentuk tukak, lalu melepaskan protein, darah, lendir dan cairan lainnya, yang akan meningkatkan kandungan serat .
      4.   Motilitas Abnormal
Perubahan motilitas usus bisa menyebabkan diare. Untuk mendapatkan konsistensi yang normal, tinja harus tetap berada di usus besar selama waktu tertentu.
     5.   Gangguan permeabilitas usus 
Terjadi kelainan morfologi usus pada membrane epitel spesifik sehingga permeablitas mukosa usus besar dan usus halus terganggu, jika permeabilitas terganggu maka absorbsi air pada usus halus dan usus besar kurang sehingga terjadi diare.

GEJALA DIARE
Menimbulkan rasa tidak nyaman, rasa malu karena sering ke toilet dan terganggunya aktivitas sehari-hari, diare yang berat juga dapat menyebabkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium dan klorida.
Jika sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah akan turun dan dapat menyebabkan pingsan, denyut jantung tidak normal (aritmia) dan kelainan serius lainnya. Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak, orang tua, orang dengan kondisi lemah dan penderita diare yang berat. Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium) sehingga bagi menjadi rewel,terjadi gangguan irama jantung.

DIAGNOSA
1. Makroskopis
Keadaan tinja yang harus diperhatikan pada penderita secara makroskopis di antaranya adalah apakah lembek atau cair, ada tidaknya lendir, bernanah, darah, mengandung lemak atau tidak. Tinja yang cair sering ditemukannya pada diare psikhogenik, fistula internal, intestin yang pendek akibat enterektomi, enteritis regionalis, enterokolitis.

Tinja berdarah lendir disertai tenesmus dan berbau anyir, biasanya ditemukannya pada disentri (basiler atau ambiasis), kolitis ulserosa, enteritis regionalis,tetapi jarang sekali pada karsinoma kolon sigmoid, divertikulitis koli, kolitis tuberkulosa, poliposis koli yang difus. Pada karsinoma kolon atau rekti, biasanya akan keluar darah segar berbau busuk, dan penderita merasa masih ada tinja (skibala) di dalam. Divertikulitis koli umumnya akan menimbulkan diare berdarah lendir tanpa disertai nanah dan jarang disertai tenesmus.

2. Mikroskopis
Pemeriksaan ini tidak hanya untuk melihat ada tidaknya lendir, lekosit, eritrosit, sisa makanan, tetapi juga harus memperhatikan macam kuman. Dengan ditemukannya banyak sisa makanan tanpa disertai lendir, lekosit dan eritrosit menunjukkan kelainan lambung sebagai penyebabnya. Demikian juga bila ditemukan banyak cacing aksaris atau oksiuris tanpa lekosit dan eritrosit, maka diarenya dapat disebabkan oleh helmentiasis. Pada pemeriksaan preparat langsung, bila ditemukan banyak lekosit dan eritrosit, dapat dijumpai pada penderita dengan disentri (basiler atau amubiasis), kolitis ulserosa, ileitis terminalis, enterokolitis, kolitis tuberkulosa, divertikulitis koli. Oleh karena banyak penyebabnya, perlu sekali diamati benar-benar, dan bila ditemukan kuman entamuba histolitika, maka amubiasis sebagai penyebab diare kronis. Sebaliknya bila tidak ditemukan kuman tersebut harus dilakukan pembiakan untuk lebih memastikan. Bila tidak ditemukan banyak sekali gelembung lemak tanpa atau sedikit disertai lekosit dan eritrosit, maka perlu sekali dilakukan tes terhadap lemak dan asam lemak, untuk menentukan macam sindroma malabsropsi. Pada penderita ini, jumlah kadar lemak dalam tinja akan melebihi normalnya, yaitu lebih dari 6% dari seluruhnya berat tinja yang ditemukannya selama 24 jam.

3. Pemeriksaan lab lainnya
Penderita dengan diare kronis selain pemeriksaan tinja baik secara makroskopis maupun mikroskopis, secara minimal harus pula diperiksa darah dan urine rutin.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare secara umum antara lain :
  1. Rehidrasi  :  Penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolik dan gula harus diberikan. 
  2. Diet           : Pasien dianjurkan justru minum-minuman sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. 
  3. Obat antidiare : 
  • Yang paling efektif yaitu derivat opioid misal loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamide paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efek samping paling kecil. Obat antimotilitas penggunannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit. 
  • Obat yang mengeraskan tinja yaitu atapulgite 4 x 2 tab/hari,smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti. 
  • Obat anti sekretorik atau anti enkephalinase : Hidrasec 3 x 1 tab/hari.
    4. Obat antimikroba :
Self limited disease karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empirik diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasif, diare turis (traveler’s diarrhea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7hari). Obat ini baik terhadap bakeri patogen invarsif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersiniadan, Aeromonas, species. Sebagai alternatif yaitu kotrimokzatol (trimetoprim/sulfametoksazol,160/800 mg 2 x/hari, atau eritromisin 250-500 mg 4 x/hari).Metronidazol 250 mg 3 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigasi giardiasis.
Cara paling efektif dan cepat untuk mencegah diare sekaligus menyelamatkan hidup anak-anak Indonesia adalah melalui Cuci Tangan Pakai Sabun yang benar. Penelitian WHO menunjukkan bahawa mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting dalat mengurangi angka kejadian diare sampai 40%. Cuci Tangan Pakai Sabun dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperi tifus dan flu burung.

PROGNOSIS
Prognosis sangat tergantung pada penyebabnya.

0 comments:

Posting Komentar

Bagi yang mau komentar dipersilahkan..