Minggu, 28 Februari 2010

Flu Burung (Avian Influenza)

PENDAHULUAN
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suat penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

Di Indonesia pada bulan Januari 2004 di laporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Pada bulan Juli 2005, penyakit flu burung telah merenggut tiga orang nyawa warga Tangerang Banten.

Melihat kenyataan ini seyogyanya masyarakat mewaspadai adanya penyakit
flu burung, namun tidak perlu sampai timbul kepanikan.

1. Penyebab
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiridari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C.

Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

2. Gejala
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a.    Gejala pada unggas.
-       Jengger berwarna biru
-       Borok dikaki
-       Kematian mendadak
b.    Gejala pada manusia.
-       Demam (suhu badan diatas 38o C)
-       Batuk dan nyeri tenggorokan
-       Radang saluran pernapasan atas
-       Pneumonia
-       Infeksi mata
-       Nyeri otot

3. Masa Inkubasi
-       Pada Unggas : 1 minggu
-       Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .

4. Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang

mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.

5. Pencegahan
a. Pada Unggas:
1.    Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2.    Vaksinasi pada unggas yang sehat

b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
a.    Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b.    Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c.    Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d.    Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e.    Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f.     Imunisasi.
2. Masyarakat umum
a.    Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b.    Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
-       Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
-       Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.

6. Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1.    Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2.    Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
3.    Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
4.    Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

7. Tindakan Departemen Kesehatan
Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh flu burung, Departemen Kesehatan mengambil beberapa tindakan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Melakukan Investigasi pada pekerja, penjual dan penjamah produk ayam di beberapa daerah KLB flu burung pada ayam di Indonesia (untuk mengetahui infeksi flu burung pada manusia)
b.    Melakukan monitoring secara ketat terhadap orang-orang yang pernah kontak dengan orang yang diduga terkena flu burung. hingga terlewati dua kali masa inkubasi yaitu 14 hari.
c.    Menyiapkan 44 rumah sakit di seluruh Indonesia untuk menyiapkan ruangan observasi terhadap pasien yang dicurigai mengidap Avian Influenza.
d.    Memberlakukan kesiapsiagaan di daerah yang mempunyai resiko yaitu provinsi Jabar, DKI Jakarta dan Banten serta membentuk POSKO di Ditjen PP & PL dengan nomor telepon/fax: (021) 425 7125
e.    menginstruksikan kepada Gubernur pemerintah propinsi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap kemungkinan terjangkitnya flu burung di wilayah masing-masing
f.     Meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dan membangun jejaring kerja dengan berbagai pihak untuk edukasi terhadap masyarakat agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik
g.    Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan departemen pertanian dan pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan flu burung
h.    mengumpulkan informasi yang meliputi aspek lingkungan dan faktor resiko untuk mencari kemungkinan sumber penularan oleh tim investigasi yang terdiri dari Depkes, Deptan dan WHO.

0 comments:

Posting Komentar

Bagi yang mau komentar dipersilahkan..